Jumat, 23 Maret 2012

ANCAMAN GLOBALISASI TERHADAP SUMPAH PEMUDA

Pendahuluan

            Sejak dulu kita selalu memperingati hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2008. Setelah 80 tahun yang lalu para pemuda mencetuskan sumpah pemuda dengan penuh semangat dan perjuangan. Dan seharusnya para pemuda masa kini meneruskan semangat juang para pendahulunya, para pemuda masa kini meneruskan semangat juang para pendahulunya dalam menghadapi arus globalisasi yang tinggi tanpa meninggalkan rasa kesatuan dan persatuan. Apa yang harus dilakukan pemuda masa kini? Bagaimana caranya para pemuda saat ini menahan arus globalisasi yang terus bergulir? Bagaimana memahami sumpah pemuda pada era globalisasi?
            Banyak pemuda saat ini yang tidak peduli lagi tentang makna ikrar sumpah pemuda sesungguhnya. Mereka hanya menganggap bahwa sumpah pemuda hanyalah sebuah sumpah yang tidak memiliki makna apapun. Sungguh malang nasib bangsa Indonesia pada saat seperti ini, saat umurnya semakin tua sudah tidak ada lagi pemuda yang memperdulikan nasib dan keutuhan bangsa ini. Bahkan pemuda saat ini seolah malu mengakui bahwa dia berdarah Indonesia asli.

A.    Memaknai sumpah pemuda
            Genap 80 tahun sudah ikrar pemuda Indonesia dicetuskan, tepatnya tanggal 28 Oktober 1928 dalam suasana perang yang mencekam. Tapi, seluruh pemuda Indonesia yang tersebar dari berbagai penjuru tanah air bersatu (ada Jong Java, Jong Andalus, Jong Borneo, dll) dalam satu semangat dan satu tekad, yaitu : satu Indonesia. Dengan semangat untuk merenggut kemerdekaan Indonesia, para pemuda bersatu dan berikrar “Satu dan satu bangsa” yaitu Indonesia. Telah banyak kita baca bagaimana peran pemuda dari berbagai negeri dalam perjuangan membangun bangsa baik secara fisik maupun secara diplomasi. Organisasi sosial, politik dan intelektual. Hidup dalam suasana pergolakan akan cenderung memiliki kreativitas tinggi untuk melakukan perubahan atas berbagai kerumitan yang dihadapi, tetapi mereka para pemuda yang hidup dalam suasana aman dan tenang cenderung mempertahankan situasi yang ada tanpa usaha keras melakukan perubahan yang lebih baik dan produktif.
            Sumpah pemuda tidak sebatas diperingati dalam upacara seremonial sambil mengenang jasa para pemuda Indonesia, yaitu mempersatukan diri dalam sumpah pemuda untuk bersatunya tanah air Indonesia. Para pemuda saat ini seharusnya mengambil makna mendalam dan menemukan inspirasi atas peristiwa bersejarah itu. Sejarah terus berulang dan pelaku (pejuang) terus berulang (berbeda). Banyak yang dapat dilakukan oleh para pemuda saat ini untuk melakukan suatu perubahan. Pemuda saat ini mempunyai potensi besar mengulang sejarah yang lebih baik. Satunya Indonesia bukan hanya sekedar ikrar, tetapi jauh merayapi setiap nurani pemuda dan rakyat Indonesia untuk kemudian melahirkan gerakan yang nyata.
            Kita memperingati hari sumpah pemuda dalam suasana segar bulan Syawal, setelah sebulan puasa di bulan Ramadhan. Meski tidak dapat ditepis, kemiskinan dan pengangguran meningkat, investasi dan pertumbuhan ekonomi semakin menurun, kekerasan di berbagai kota, berbagai bencana datang melanda. Maka dimanakah para pemuda mengambil peran dalam situasi bangsa seperti ini? Seharusnya terlahir inspirasi atas berbagai kondisi yang ada. Pemuda yang mendominasi populasi Indonesia harus mengambil peran dalam berbagai bidang untuk kemajuan bangsa. Pemuda tidak dapat meletakan cita-cita bangsa dan masa depan mereka pada segelintir elit bangsa yang hanya mengambil keuntungan sesaat dari kekuasaan. Pemuda yang relatif bersih dari berbagai kepentingan dan kasus harus dihitung sebagai aset yang mahal untuk kejayaan Indonesia di masa depan.
            Tidak dapat dipungkiri, banyak kenyataan pada saat ini yang sangat memilukan hati. Para pemuda sudah tidak lagi mengerti apa itu “sumpah pemuda” dan bagaimana cara menjalankannya. Bahkan saat ditanya pada salah seorang pelajar di suatu SMA apa itu sumpah pemuda, dia hanya menjawab “yang gue tahu sich,, setiap tanggal 29 Oktober orang-orang memperingati hari sumpah pemuda, tapi kalau ditanya gue tau apa enggak  soal isinya, jujur aja gue enggak hafal tuch sama isinya.”  Dari sepenggal perkataan itu sangat mengiris hati. Pemuda saat ini sudah tidak mengenal lagi dan tidak mengetahui lagi makna-makna yang terkandung dalam sumpah pemuda. Pemuda saat ini sudah terlena dengan perubahan zaman yang bergulir dengan cepat dan tidak dapat dibendung. Perubahan-perubahan yang terus terjadi mengharuskan para pemuda untuk mengikutinya. Perkembangan teknologi yang semakin canggih, penggunaan bahasa sebagai media berkomunikasi di dunia internasional membuat para pemuda melupakan arti sejarah bangsa ini. Banyak pemuda pada saat ini malu mengakui mereka berasal dari bangsa apa, suku apa, dan bahasa apa yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka lebih sering berprilaku seperti orang bule, logat bahasa yang digunakan seolah-olah mencerminkan bahwa mereka bukanlah orang Indonesia melainkan orang asing. Mereka seakan-akan malu mengakui bahwa mereka adalah orang Indonesia asli. Seperti yang kita ketahui, sekarang banyak terdapat penghinaan atau pencemoohan terhadap suku lain sesama bangsa Indonesia. Misalnya, orang Aceh yang ingin melanjutkan kuliah di Jakarta, saat di Jakarta mereka beranggapan bahwa ada orang udik yang baru menginjakkan kaki di Ibu kota. Sehingga mereka dengan seenaknya memperlakukannya secara tidak pantas. Ada lagi seperti orang Irian Jaya (Papua) yang ingin mencari kerja di pulau Jawa, mereka menganggap bahwa orang Irian Jaya itu tidak memiliki keahlian di dalam bidang teknologi (gagap teknologi) dan tidak bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Semua prilaku itu mencerminkan bahwa pada saat ini orang tidak mengerti lagi apa arti dari ikrar sumpah pemuda. dalam ikrar sumpah pemuda dinyatakan “satu bangsa, menjunjung tinggi bahasa persatuan, dan satu tanah air” yaitu Indonesia. Dari ikrar tersebut seharusnya kita dapat menyadari bahwa diantara satu suku dengan suku lain tidak ada perbedaan dan tidak boleh ada penghinaan. Seharusnya kita saling menghargai dan saling menolong satu sama lain walaupun kita berbeda suku dan agama tetapi kita hidup di satu Negara yang sama, tanah air Indonesia. Dalam semboyan Negara kita telah dinyatakan “Bhineka tunggal ika” yaitu walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Tapi kenyataan yang ada sangat berbeda jauh dengan ikrar sumpah pemuda ataupun dengan semboyan Negara kita. Penghinaan terhadap RAS ataupun suku yang berbeda, penggunaan bahasa asing yang menggambarkan seolah-olah mereka bukan orang Indonesia. Para pemuda saat ini menganggap bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa kuno, sudah ketinggalan zaman, dan tidak dapat dipakai di dunia internasional. Bahkan para pemuda yang menuntut ilmu di luar negeri setelah mereka menyelesaikan studinya, mereka banyak yang tidak mau kembali lagi ke Indonesia dan tidak mau mengabdikan ilmu yang mereka punya di Negara sendiri, tetapi mereka lebih senang mengabdikan diri di Negara lain. Dengan hal itu bagaimana Negara ini akan maju dan berkembang, jika anak bangsa saja tidak mau mengakui mereka terlahir sebagai putra-putri Indonesia, mereka lebih bangga mengaku bahwa mereka orang Amerika, Inggris, Australia, dan Negara-negara maju lainnya dari pada mengaku sebagai orang Indonesia.
            Dengan pemikiran-pemikiran seperti itu, para pemuda semakin menjauh dengan bangsa ini. Sudah saatnya para pemuda memahami dan mengerti apa makna dari sumpah pemuda. Para pemuda seharusnya mengamalkan sumpah pemuda dengan rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi. Tidak ada lagi perbedaan suku, agama, RAS, warna kulit, dan bahasa, karena kita adalah satu, saling menghormati dan menghargai, harus diamalkan antar sesama bangsa agar terwujud bangsa yang sejahtera.


§ Disusun oleh Fitriani, Siswi Kelas XI.IPA SMA Negeri Unggul Aceh Timur. Disampaikan pada perlombaan karya tulis ilmiah memperingati hari Sumpah Pemuda, tahun 2008 di Idi.

Komentar :

ada 0 komentar ke “ANCAMAN GLOBALISASI TERHADAP SUMPAH PEMUDA”

Posting Komentar

RAMADHANA

Komentar Anda

Video Kasih Ibu

 
Perintis Masa Depan | Template by RAMADHANA