Jumat, 23 Maret 2012

Menghadapi Arus Globalisasi

Beberapa faktor yang menyebabkan pemuda saat ini tidak lagi mengamalkan sumpah pemuda salah satunya adalah perubahan arus globalisasi  yang terus bergulir dengan cepat mengharuskan para pemuda untuk mengikutinya. Tidak bisa dipungkiri, globalisasi  memiliki dampak positif dan negatif.  Seperti rasa solidaritas sosial yang tinggi, kesetiakawanan sosial antar Negara saat ini sangat maju pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ketika bencana alam dan musibah HAM terjadi di suatu tempat, maka bantuan kemanusiaan dalam waktu singkat mengalir dari mana-mana. Bencana Tsunami di Aceh atau bencana busung lapar di beberapa daerah di NTT sempat mengundang perhatian dunia. Bantuan material dan tenaga penyelamat
segera berdatangan dalam waktu cepat. Walau karena satu dan lain hal datangnya agak terlambat. Efek positif lain yang dapat kita nikmati adalah kemudahan dalam pekerjaan dan memperoleh informasi. Dengan merebaknya teknologi informasi, anak-anak sekolah tidak saja mendapat informasi dari guru dan buku-buku, tetapi juga dari VCD/DVD, dari internet, serta koran-koran yang semakin banyak jumlahnya. Akan tetapi globalisasi tidak bebas dari pengaruh negatif. Banyak efek negatif  dari globalisasi yang sangat memprihatinkan. Pertama, gaya hidup instan. Banyak orang sekarang membeli barang yang cepat digunakan dan praktis tanpa memikirkan apa dampaknya jika dipakai dalam jangka panjang. Misalnya, seperti ibu-ibu yang membeli bumbu instan seperti saus dan sambal botolan yang mengandung zat kimia dan dapat menyebabkan kanker, padahal ada tomat dan lombok segar yang jauh lebih sehat dan murah. Kecendrungan membeli mie instan yang dijadikan sebagai pengganti sayur, padahal kandungannya sama seperti nasi (karbohidrat). Kedua, cara gampang dan cepat. Cara gampang dan cepat ini menyusup masuk dalam pola kehidupan sehari. Seperti, ingin lulus ujian tanpa perlu belajar melainkan membeli jawaban di suatu tempat. Atau ingin mendapat gelar sarjana tanpa perlu kuliah, melainkan membeli ijazah palsu. Orang ingin cepat kaya tanpa bersusah payah bekerja mencari jalan lewat korupsi. Konflik-konlfik sosial yang muncul bisa jadi disebabkan karena orang mau mencari jalan pintas yang termudah, seperti demo tanpa terlebih dahulu melakukan negosiasi, atau tindakan main hakim sendiri dengan membakar dan membunuh pelaku kejahatan tanpa proses keadilan. Ketiga, individualisme. Saat rasa ketergantungan antar individu masih tinggi solidaritas antar anggota suatu masyarakat biasanya cenderung kuat. Namun pada saat uang menjadi simbol segalanya dan tiap orang memiliki sumber daya masing-masing, setiap orang menjadi otonom. Otonomi ini menimbulkan rasa tidak saling peduli dan sibuk dengan diri sendiri. Tiap orang mengikuti kehendak diri sendiri dan karena itu ikatan moral yang didasarkan pada kontrol sosial menjadi longgar. Keempat, romantisme. Ekspresi keakraban antar lawan jenis yang lebih menampilkan romantisme populer. Pada saat ini pacaran semakin diidentikkan dengan seks.

Dalam pantauan dan penelusuran saya selama ini bahwa sebagian besar remaja / pemuda sudah menganggap seks dalam pacaran adalah sebagai suatu hal yang lumrah atau kalau mereka yang menjalani pacaran tidak melakukan seks. Mereka beranggapan untuk apa pacaran kalau tidak memahaminya. Penggunaan dan pemakaian Narkoba dalam pergaulan sehari-hari membuat para kalangan pemuda saat ini melupakan norma-norma yang ada. Mereka beranggapan kalau gaul harus menggunakan barang haram itu, kalau mereka tidak memakainya mereka dianggap ketinggalan zaman. Kelima, sadisme. Sekarang dalam media massa kita dapat menyaksikan banyaknya terjadi kasus-kasus kekerasan, seperti pemerkosaan anak-anak di bawah umur, tawuran antar mahasiswa hanya gara-gara persoalan sepele.

 Itu semua membuktikan bahwa sudah tidak ada lagi rasa persatuan dan kesatuan di antara para pemuda saat ini. Bagaimanapun globalisasi sudah seharusnya kita hadapi saat ini, namun harus kita sadari dengan globalisasi jelas akan menghilangkan nilai-nilai budaya kita, jika ikut terpengaruh menurut saya salah satu cara untuk menghadapi arus globalisasi adalah melalui pendidikan. Karena globalisasi itu artinya adalah kehilangan pekerjaan. Kemampuan rakyat di Negara-negara berkembang dan dunia pasti jauh melebihi negara-negara maju, kecuali ada kesadaran dari rakyat untuk menjadikan negaranya maju seperti yang dicontohkan Korea Selatan dan Jepang serta China. Warga negara-negara tersebut punya keinginan yang besar untuk mensejahterakan warganya sebelum mensejahterakan warga negara dunia lain melalui dibukanya cabang-cabang import ke negara-negara tersebut serta menanamkan rasa persatuan dan kesatuan sejak dini.

Komentar :

ada 0 komentar ke “Menghadapi Arus Globalisasi”

Posting Komentar

RAMADHANA

Komentar Anda

Video Kasih Ibu

 
Perintis Masa Depan | Template by RAMADHANA